Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Lebaran 2022 Kemungkinan Berlangsung Serentak, Mengapa?


Meskipun awal puasa kemarin terdapat perbedaan, sangat mungkin bahwa lebaran besok, masyarakat Indonesia merayakan dengan serentak, alias tidak ada perbedaan. Hari raya Idul Fitri 1 Syawal 1443 kemungkinan besar akan jatuh pada Senin, 2 Mei 2022. Baik Muhammadiyah maupun NU sangat mungkin kompak dalam hal ini. 

Tentu ini merupakan hal yang membahagiakan buat kita semua. Bagaimanapun, jika ada perbedaan hari raya, tentu akan sedikit mengurangi perasaan bahagia di hari raya, bukan? Meski begitu, bukan berarti kita tidak bertoleransi terhadap perbedaan.

Mengapa bisa terjadi demikian? Bukankah NU dan sebagian masyarakat kita yang menentukan datangnya 1 Syawal dengan melihat hilal belum membuat pernyataan apapun? Dan bukankah rukyah hilal memang baru akan berlangsung pada tanggal 29 Ramadan?

Begini penjelasannya!

Sebagaimana kita tahu, ada beberapa pendapat tentang penentuan 1 Syawal, atau tepatnya awal bulan pada bulan-bulan Hijriyah. Pendapat pertama, penentuan awal bulan dilakukan dengan melihat bulan tanggal 1, yang lazim disebut sebagai hilal. Pada tanggal 29 bulan sebelumnya, misalnya Bulan Ramadan, pada waktu sebelum maghrib, hilal akan muncul, sehingga esoknya ditetapkan sebagai 1 Syawal. Jika pada tanggal 29 Ramadan tersebut hilal tidak terlihat, maka bulan Ramadan akan dibulatkan jadi 30 hari. Demikian juga penentuan bulan-bulan yang lain, khususnya bulan yang terkait dengan perayaan hari besar Umat Islam, yaitu 1 Ramadan, 1 Syawal dan 1 Zulhijah (untuk penentuan wukuf di Arafah dan Hari Raya Idul Adha).

Sementara, sebagaian umat yang lain menggunakan hisab, atau perhitungan sebagai dasar penentuan tanggal 1 di bulan Hijriah. Dengan dasar ini, tanggal-tanggal di bulan Hijriyah sudah ditetapkan jauh-jauh hari.

Antara penganut hilal dan hisab kadang ada persamaan, jika posisi bulan telah mencapai sekitar 3 derajat. Pada saat tersebut, hilal akan dapat diamati, kecuali jika ada kabut atau awan. Namun, karena pengamatan hilal dilakukan di seluruh Indonesia dengan peralatan yang canggih, kemungkinan besar ada tempat yang memperlihatkan posisi hilal.

Bagaimana dengan lebaran tahun 2022 kali ini? Menurut keterangan Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sebagaimana dilansir dari Antara (19/4/2022), posisi bulan pada 29 Ramadan 1443 atau 1 Mei 2022 telah mencapai di atas 3 derajat, serta elongasi sekitar 6,4 derajat. Jadi, sangat mungkin hilal bisa diamati saat rukyah, sehingga lebaran akan jatuh pada 2 Mei 2022.

Lalu, darimana kita tahu bahwa bulan saat itu sudah di atas 3 derajat? Dari perhitungan, atau hisab. Karena itu, jauh-jauh hari, para penganut hisab telah menetapkan 1 Syawal 1443 jatuh pada 2 Mei 2022. Sementara, pada penentuan awal Ramadan kemarin, berdasarkan hisab, bulan pada 29 Syaban ternyata masih di bawah 3 derajat, sehingga saat rukyah, benar-benar bulan tidak bisa diamati. Namun, di Saudi dan negara-negara Timur Tengah, bulan ternyata bisa muncul. Arab Saudi juga penganut hilal, tetapi berpuasa berbarengan dengan penganut hisab di Indonesia.

Mengapa bisa begitu? Karena Indonesia menganut rukyah hilal lokal, bukan global. Jadi, rukyah hilal yang dilakukan di Indonesia adalah sesuai dengan wilayah NKRI. Sebagian penganut hilal lain, ada yang menganut rukyah hilal global. Yakni, jika ada di dunia (Planet Bumi) ini yang melihat bulan/hilal, maka berpuasalah dia.

Sebagian masyarakat akan bertanya, mengapa harus melakukan hilal jika kita sudah bisa menentukan dengan hisab?

Hal ini disebabkan dengan hadist ini, "Apabila kalian melihat hila (bulan Ramadhan) maka puasalah dan apabila kalian melihat hilal (bulal Syawal) maka berbukalah (lebaran), dan apabila tertutup awan (mendung) maka berpuasalah 30 hari." (HR. Muslim).

Sementara, para penganut hisab mengatakan, bahwa hadist tersebut terjadi karena pada masa itu, Umat Islam belum bisa melakukan hisab. 

Hal ini didasarkan pada hadist “Sesungguhnya kami adalah umat yang ummi; kami tidak bisa menulis dan tidak bisa melakukan hisab. Bulan itu adalah demikian-demikian. Yakni kadang-kadang dua puluh sembilan hari dan kadang-kadang tiga puluh hari” (HR. Bukhari Muslim).

Perbedaan adalah rahmat. Mari kita rayakan perbedaan dengan saling bertoleransi dan menghormati keyakinan masing-masing. Di keluarga besar saya juga ada perbedaan. Ada yang menganut hisab, hilal lokal, juga hilal global. Ada dinamika dan diskusi yang kadang memanas, itu biasa. Tetapi, alhamdulillah tetap rukun sejahtera.

Penulis: Yeni Mulati Sucipto

Posting Komentar untuk "Lebaran 2022 Kemungkinan Berlangsung Serentak, Mengapa?"

banner
banner