Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Ashabul Kahfi dan Misteri Lorong Waktu?


Banyak kisah ajaib diceritakan dalam Al-Quran, salah satunya adalah kisah Ashabul Kahfi. Kisah ini kian menarik, karena secara ilmiah, ternyata bisa dijelaskan berdasarkan teori lorong waktu. Alkisah, di kota Afsus (Aphesus, di Turki, saat Islam bernama Tharsus), dikuasai oleh raja Persia yang bernama Diqyanius, seorang raja yang congkak, zalim dan menyembah berhala. Ia selalu membunuh orang-orang yang beriman kepada Allah. Tersebutlah  6 orang pemuda beriman yang ingin meninggalkan raja yang zalim itu untuk mencari kebenaran yang haqiqi. Mereka adalah Tamlikha dan ke-5 kawannya, yang pergi bersama anjing mereka, Qithmir.

Tentu saja Diqyanius sangat marah. Ia memerintahkan pasukannya untuk mengejar Tamlikha dkk., yang ternyata berlindung di sebuah gua. Nah, peristiwa yang ajaib pun terjadi. Tamlikha dan teman-temannya tertidur, selama 309 tahun! Ketika terbangun, mereka dalam keadaan segar bugar, namun anjing mereka telah mati, dan sejarah telah berganti. Diqyanius telah mati, dan diganti oleh seorang raja yang adil.

Mungkin kita akan ternganga. Tidur selama 309 tahun? Meski sekilas terlihat aneh, ternyata perkembangan ilmu pengetahuan memiliki jawaban yang ilmiah atas peristiwa itu, meskipun memang baru dalam taraf teori belaka.

Ruang dan Waktu Ternyata Tidak Absolut

Sekitar 100 tahun yang lalu, Albert Einstein meluncurkan satu teori yang membuat para fisikawan kalang kabut. Menurutnya, ruang dan waktu itu tidak absolut, melainkan relatif. Artinya, ruang dan waktu berbeda untuk setiap orang. Bagaimana seseorang mengalami kejadian dalam ruang dan waktu bergantung pada dua hal: di mana posisi orang tersebut mengamatinya dan seberapa cepat ia bergerak bila dibandingkan dengan kecepatan cahaya.

Einstein mengamati bahwa kecepatan cahaya adalah konstan, yakni 299 ribu km/detik. Kecepatan cahaya itu tidak akan berbeda, meskipun diamati oleh dua orang dari dua titik pengamatan yang berbeda. Kemudian muncullah sebuah teori yang dinamakan paradoks kembar. Sederhananya begini, misalnya Anton dan Andi adalah saudara kembar, yang lahirnya di hari—bahkan jam yang sama. Anton kemudian menjadi astronot yang mengendarai roket dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan cahaya, sementara Andi tinggal di bumi—menjajal profesi lain. Nah, ketika Anton sibuk menjelajah galaksi, maka ketika pulang ke bumi, ia masih segar bugar—sehat wal afiat, sementara Andi sudah meninggal.

Kok bisa?

Tahu kan rumus kecepatan? Kecepatan (V), diperoleh dari jarak (D) yang dibagi waktu (T). Jika V adalah konstan, T dan D-lah yang seharusnya berubah-ubah. Maka, salah satu konsekuensinya adalah, bahwa jam yang ada di dalam sesuatu yang bergerak selalu berdetak lebih lambat ketimbang jam yang diam di tempat.

Menurut Dr. J. R. Gott dari Princeton University, New Jersey, Amerika Serikat, seperti dinukil oleh Koran Tempo, 30 Juni 2005, "Jika Anda terbang dengan pesawat mengelilingi bumi ke arah timur, Anda akan lebih muda 59 nanodetik ketimbang jika Anda tetap berada di rumah.”

Masih menurut Gott, kosmonot Rusia Sergei Krikalev, kembali ke bumi setelah tinggal di stasiun antariksa Rusia Mir selama 748 hari. Usianya menjadi lebih muda seperlima belas detik daripada jika ia tetap di bumi.

Nah, apa yang saat itu terjadi dengan para Ashabul Kahfi? Wallahu a’lam... namun jika ternyata—misalnya saat itu—mereka ternyata digerakkan Allah dengan kecepatan tinggi—melebihi kecepatan cahaya (299. 792.458 m/detik), maka teori Einstein tersebut bisa berlaku atas mereka.

Mesin Waktu

Teori relativitas dari Einstein itu, membuka ruang diskusi yang menarik, bahwa dimungkinkan jika suatu saat tercipta mesin waktu, yang membuat kita mampu melihat masa depan atau masa yang telah lewat. Menurut Paul Davies dalam artikelnya, mesin waktu bisa dibangun jika kita mampu menciptakan sebuah worm hole (lobang cacing), di mana satu ujung diletakkan di bumi sedangkan ujung yang lain diletakkan di bintang neutron yang memiliki gravitasi yang lebih besar daripada bumi.

Menurut Paul Davies gravitasi yang lebih besar bisa memperlambat jalannya waktu, dan pada beberapa kasus seperti pada permukaan bintang neutron yang memiliki gravitasi yang sedemikian besar sehingga waktu berjalan lebih lambat 30% daripada bumi. Jika kita berjalan melewati worm hole—misalnya ‘disetel’ dengan selisih waktu 10 tahun—ketika kamu berangkat dari bumi, maka kamu akan kembali ke masa 10 tahun yang lalu. Sedangkan jika berangkatmu dari bintang neutron, maka kamu akan lompat 10 tahun ke masa yang akan datang. Ingat, kita kudu melewati worm hole tersebut dengan kecepatan cahaya.

Wah, kok ribet banget?

Eh, jangan marah, dong! Namanya ilmu pengetahuan itu memang ribet. Namun keribetan itu justru bisa mengantar kita pada keimanan yang semakin mendalam. Mungkin—bisa jadi—keberadaan teori itu bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan, kenapa banyak hadist Rasulullah yang bercerita tentang masa depan atau masa lalu. Benar atau tidak, mari kita kembalikan kepada Allah, Sang Maha Benar dan Pemilik Kebenaran itu sendiri. [Afifah Afra. Dari berbagai sumber].


Posting Komentar untuk " Kisah Ashabul Kahfi dan Misteri Lorong Waktu?"

banner
banner