Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Akankah Kepahlawanan AR Baswedan Menitis Ke Anies Baswedan?

Anies Baswedan pimpinan PKS

Baru-baru ini, Anies Baswedan mendeklarasikan diri sebagai Capres 2024. Partai Nasdem secara resmi menetapkan gubernur DKI Jakarta tersebut sebagai calon RI-1 yang akan mengikuti hajatan Pilpres 2024. Sejumlah partai lain, seperti PKS yang dikenal sejak awal mendukung Anies sebagai gubernur DKI, dan juga Demokrat, kemungkinan kuat akan merapat ke kubu ini, sehingga Anies akan disokong oleh 3 partai ini. Koalisi PKS-Nasdem-Demokrat, memiliki lebih dari 20% kursi di DPR RI sehingga akan mampu membawa Anies sebagai Capres 2024. Anies Baswedan memang dinilai memiliki kans besar untuk bisa memenangkan Pilpres 2024.

Sosok Anies mungkin dikenal cukup populer. Tetapi, tahukah Anda, bahwa Anies Baswedan ternyata adalah cucu seorang yang memiliki jasa besar terhadap kemerdekaan Indonesia?

* * *

Semarang, 1934

Kota San Bao Long (Semarang) gempar di hari itu. Pasalnya, surat kabar peranakan Tiong Hoa, Mata Hari, yang menjadi langganan warga keturunan, hari itu memuat foto seorang pemuda Arab namun mengenakan blangkon dan beskap ala lelaki Jawa. Matahari adalah surat kabar yang dikelola oleh Kwee Hing Tjiat. Sedangkan pemuda Arab tersebut adalah Abdul Rahman Baswedan (1908-1986), yang kemudian lebih dikenal dengan nama AR Baswedan. Sebagaimana dikutip dari Biografi AR Baswedan, yang ditulis oleh Suratmin dan Didi Kwartanada (diterbitkan oleh Kompas), peristiwa itu terjadi pada tanggal 1 Agustus 1934. 

Mengapa kabar tersebut menggemparkan? Sebab, pemuda berusia 26 tahun tersebut menyerukan kepada seluruh kaum Arab yang ada di nusantara, agar bersatu membantu kaum pribumi dalam berjuang membebaskan tanah air dari penjajahan Belanda. ”Di mana seseorang dilahirkan, di situlah tanah airnya,” begitu ucapnya.

Kabar tersebut menghentak pikiran kaum peranakan tionghoa yang membaca surat kabar tersebut. Matahari dan pendirinya, oleh Kwee Hing Tjiat, memang memiliki pemikiran yang sama dengan AR Baswedan. Sebagaimana ditulis oleh Yunus Yahya dalam buku Peranakan idealis: dari Lie Eng Hok sampai Teguh Karya (diterbitkan oleh KPG Gramedia), Kwee Hing Tjiat menyerukan agar kaum peranakan melebur sebagai putra Indonesia dan ikut berjuang melawan penjajahan Belanda.

Tak salah Kwee Hing Tjiat memuat profil AR Baswedan, sebab sosok jurnalis idealis itu akhirnya memang menjadi salah satu sosok penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. AR Baswedan pernah menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), dan juga menjadi Menteri Muda Penerangan di awal kemerdekaan. Bersama Agus Salim, AR Baswedan bergerak mencari dukungan ke negara-negara asing agar mendukung kemerdekaan Indonesia. Atas jasanya tersebut, nama AR Baswedan pernah diusulkan sebagai pahlawan nasional (tempo, 4/10/2015).

Cucu-Cucu AR Baswedan

Ada beberapa teori tentang kemunculan pemimpin, salah satunya adalah teori Genetis, yang menyebutkan bahwa Leader are born and nor made. Teori ini tentu masih banyak diperdebatkan, karena, meski secara genetis, bakat itu diturunkan, dalam ilmu genetika sendiri, fenotif (penampakan/performance), merupakan kombinasi antara genotif (gen) dan faktor environtment. Akan tetapi, setidaknya, orang-orang yang dilahirkan dengan bakat leadership yang baik, pastinya akan tumbuh menjadi pemimpin yang cemerlang jika mendapatkan lingkungan yang baik. Hayam Wuruk, misalnya, dia lahir dari pasangan raja dan ratu yang cemerlang, yaitu Tribhuwana Tungga Dewi dan suaminya, Sri Kertawardhana (Cakradara)—dan juga mendapatkan pendidikan yang baik dari guru-guru Istana, serta dukungan dari patih Gajah Mada.

Nyatanya, saat ini kita mengenal dua cucu AR Baswedan yang namanya sedang ngetop di media massa. Mereka adalah Novel Baswedan dan Anies Baswedan. Novel dikenal sebagai penyidik senior KPK yang sukses menangani banyak kasus besar. Sayangnya, diduga karena keaktifannya dalam menyeret para koruptor ke penjara, Novel tengah dirundung musibah dengan penyiraman air keras pada wajahnya oleh orang tak dikenal. Bahkan, melalui Tes Wawasan Kebangsaan KPK, Novel tersingkir dari KPK karena tidak lulus TWK.

Bagaimana dengan Anies Baswedan? Tak kalah bergaung, sosok ini semakin mendapat sorotan dan publikasi luas setelah secara tak terduga dicalonkan Gerindra dan PKS sebagai calon Gubernur DKI Jakarta. Meski di awal-awal pencalonan Anies dan pasangannya, Sandiaga Uno tampak tak terlalu bergema, nyatanya dia lolos di putaran pertama, dan harus berhadapan dengan petahana di putaran kedua. Dalam putaran kedua, pasangan Anies-Sandiaga berhasil memenangkan Pilkada DKI, dan tampil sebagai gubernur dan wakil gubernur DKI periode 2017-2022. Dalam perjalanannya, Sandiaga Uno memilih untuk bergabung bersama Prabowo menjadi Cawapres 2019 sehingga harus mundur sebagai Wagub DKI.

Selama memimpin DKI, jalan terjal dihadapi oleh Anies Baswedan. Bahkan, jelang berakhirnya masa jabatan, berbagai isu terus menerpa, dan terakhir adalah upaya kriminalisasi Anies atas kasus Formula E. Meski jalan terjal terus menghadang, sejumlah kalangan optimis, bahwa Anies akan membawa Indonesia kepada kejayaan sebagai presiden.

Apakah harapan itu akan terwujud? Apakah kepahlawanan AR Baswedan akan menitis kepada sang cucu? Kita lihat saja. [US].

Posting Komentar untuk "Akankah Kepahlawanan AR Baswedan Menitis Ke Anies Baswedan?"

banner